Scooters Brothers

Jika sempat berkeliling Jakarta pada akhir pekan, Anda mungkin akan berpapasan dengan konvoi pengendara skuter. Mereka boleh jadi adalah para anggota klub penggemar skuter yang sedang menuju tempat "mangkal" masing-masing.

Tengoklah kawasan sekitar Monas. Di sana berkumpul keluarga besar Vespa Monas Club. Lihat juga di bilangan Jalan Mahakam, Jakarta Selatan, tempat anggota Jakarta Vespa Club berkumpul.

Daftar tempat mangkal menjadi panjang karena di wilayah Jabotabek ada sekitar 80 klub penggemar skuter dengan jumlah anggota lebih dari 4.000 orang. Sebagian dari klub itu menginduk pada Ikatan Vespa Indonesia (IVI).

Sekadar menambahkan, tengok juga di depan Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat. Di sana bergerombol kelompok Independent Scooter Taman Ismail Marzuki (ISTIM). Di taman lain, kali ini di sekitar Taman Makam Pahlawan Kalibata, berkumpul Brandal Scooter. Ada pula penggemar skuter yang kebetulan bernaung pada perusahaan sama seperti Vespa Owners Group (VOG) yang suka mangkal di depan kantor mereka di Palmerah Selatan.



Jangan lupa pula mampir ke kawasan di depan Masjid Raya, Tangerang, Banten. Di sanalah anggota Budavest berdiri. Budavest adalah singkatan dari Budak Vespa Tangerang yang kini beranggotakan 175 orang. Asal tahu saja, budak di sini diartikan sebagai anak-anak.

Anggota klub sangat variatif, mulai dari dokter hewan, marinir, mahasiswa, guru, karyawan swasta, pegawai negeri, ustadz, sampai polisi, bahkan ada pula yang masih menunggu pekerjaan mapan. Dalam kumpul anggota, mereka membicarakan segala hal, tetapi kebanyakan berkisar soal Vespa. Dari ajang itulah mereka bertukar info soal suku cadang yang dibutuhkan.

”Ada juga anggota yang dapat pekerjaan dari teman sesama anggota,” papar Herman (30), anggota ISTIM yang membuka bengkel di bilangan Jalan Otista III, Jakarta Timur.

Tak hanya nongkrong dan touring, klub juga melakukan bakti sosial. VOG yang beranggota 120 orang itu, misalnya, akhir Juli mendatang akan mengadakan khitanan massal di Subang, Jawa Barat, sekalian tur.

Klub-klub itu terbentuk dari rasa senasib sepenanggungan sebagai pengguna Vespa. JVC, misalnya, terbentuk dari pengguna yang sering menserviskan Vespa di sebuah bengkel di bilangan Jalan Wijaya, Jakarta Selatan. Mereka kemudian menggagas untuk membuat wadah kegiatan bagi pengendara Vespa. Pada Juni 1985 terbentuklah kemudian Jakarta Vespa Club (JVC).

”Tur pertama kami ke Cibodas diikuti 200 peserta. Setelah pulang tur, beberapa peserta mendirikan klub lain. Sejak itu klub penggemar Vespa bertambah,” kata Roni Rasjidi (48), salah seorang tokoh JVC.

Mereka kebanyakan mengaku jatuh cinta dengan skuter bermerek Vespa karena desain bodi yang dianggap unik, mesin yang praktis, serta ban serep yang mudah dipasang jika ban kempes.

”Buat cewek, Vespa itu asyik. Bodinya seksi” kata Yeti Widianti (27), anggota Brandal Scooter yang mempunyai Vespa tipe Gran Sport (GS) keluaran tahun 1965.

Penggemar Vespa yang tergabung dalam klub-klub itu terkategorikan dalam fokus-fokus berbeda. JVC, misalnya, cenderung pada pemeliharaan Vespa klasik. Klub Sitoracing memfokuskan pada sport termasuk balap I.

Bersaudara

Apa pun fokus kegiatan klub tersebut, mereka punya rasa persaudaraan sesama penggemar. Pada akhir pekan mereka kadang saling berkunjung ke tempat mangkal klub. Ada peraturan tak tertulis yang mengondisikan sesama pencinta untuk saling melambaikan tangan jika berpapasan di jalan meski mereka tidak saling mengenal.

”Kami enggak takut mogok di jalan. Kalau ketemu sesama anggota pasti akan ditolong meski kami enggak saling kenal. Kalau perlu ditarik ke bengkel terdekat,” kata Yudo (27), anggota ISTIM yang menggunakan Vespa tipe Super keluaran 1974 warisan sang eyang.

Yudo menyebut solidaritas antarpencinta skuter itu sebagai scooter brotherhood, persaudaraan antarpengguna. Persaudaraan itu berlaku bagi penggemar skuter di mana pun.

Dengar pengalaman Eko Sulistyanto, Sekretaris Budavest, ketika pada tahun 2000 melakukan tur Jakarta-Malang menuju Bromo. Menjelang malam, Eko dan lima anggota rombongan tiba di Solo, Jawa Tengah.

”Kami disamperin sesama anggota klub. Padahal, kami belum kenal dan belum pernah kontak. Kami diminta menginap di rumah anggota Bengawan Solo Club,” papar Eko tentang sambutan penggemar Vespa di Solo.

”Kalau kami nongkrong, itu sudah seperti saudara. Kami enggak pandang suku atau agama, semua boleh bergabung. Kami bersaudara tanpa gontok-gontokan,” kata Roni.

”Kami bersemboyan, berskuter kami bersaudara,” kata Yudo seperti mewakili semangat berkerabat penggemar skuter.


Selengkapnya...

The Story of Vespa

The Legend of Wespe
For : Scooter_Holic

Sebagian motormania sepakat bahwa hanya ada satu jenis sepeda motor yang mereka anggap paling seksi. Vespa-lah kendaraan yanng dimaksudkan. Boleh saja Anda tidak setuju. Tapi, cobalah pandangi tampilan motor buatan Italia itu dengan seksama. Inilah satu-satunya jenis motor yang berbentuk unik, semua bagian 'tubuhnya' cenderung membulat dengan buntut mirip lekuk penari jaipong.



Lalu, karena bentuknya yang khas itulah, Vespa muncul sebagai salah satu motor terpopuler dan bahkan melegenda di dunia. Popularitas Vespa mulai mengila sejak pertengahan tahun 1950-an. Padahal, saat itu usia produk motor beroda kecil ini belum lebih sepuluh tahun. Piaggio, produsen motor ini, mengumumkan telah mampu meperdagangkan lebih dari 15 juta unit motor pada 1956 ke seluruh pelosok dunia.


Paling menarik, sejumlah nama artis beken internasional saat itu sangat akrab dengan nama Vespa. Mereka antara lain adalah John Wayne, Henry Fonda, dan Jean Paul Belmondo. Termasuk juga Ursula Andress yang malahan pernah menjadi bintang iklannya

Lebih seabad silam, tepatnya 1884, Enrico Piaggio pengusaha muda berdarah Italia-- memulai usahanya di bidang pesawat terbang. Dua puluh tahun kemudian, usahanya itu bangkrut. Dasar bersemangat baja dalam dunia bisnis, Piaggio pantang menyerah. Lalu, dimulailah merancang industri alat transportasi dengan alternatif kendaraan niaga ringan.

Maka pada 1945, konstruksi alternatif tersebut ditemukan. Awalnya memang sebuah konsep sepeda motor berkerangka besi dengan lekuk membulat bagai terowong. Mengejutkan, ternyata bagian staternya dirancang dengan menggunakan komponen bom dan rodanya diambil dari roda pesawat tempur.

Hasilnya, munculah pertama kali produk motor dengan seri P108. Kendaraan ini berteknologi sederhana tapi punya bentuk yang amat menarik, bagai binatang penyengat (lebah) karena bentuk kerangkanya. Akibat tampilannya itu, motor ini lebih sering dinyatakan sebagai Wespe atau Vespa, yang artinya memang binatang penyengat.

Guna mengoptimalkan bentuk dan keamanan penggunanya, pabrikan yang kala itu masih terbilang sebagai usaha 'kaki lima' merancang papan penutup kaki pada bagian depan. Proyek ini langsung dipimpin ahli teknik konstruksi terkenal di Italia kala itu, Corradino d'Ascanio.

Karenanya hak paten pun segera dapat mereka kantongi. Namun, karena bentuk penutup pengaman yang bagai papan selancar itu, sejumlah pekerja di pabrik Piaggio pun bahkan mengatakannya sebagai motor Paperino. Harap diingat, Paperino adalah sindiran sinis untuk tokoh Donald Duck (bebek). Maka, d'Ascanio pun putar akal untuk memperbaiki model tersebut.
Perkembangan selanjutnya, produk ini ternyata laris diserap pasar Perancis, Inggris, Belgia, Spanyol, Brasilia, dan India --selain di pasar domestik produk ini laku bagai kacang goreng. Selain itu, India pun memproduksi jenis dan bentuk yang sama dengan mengambil mesin Bajaj. Jenisnya adalah Bajaj Deluxe dan Bajaj Super. Sejumlah pihak lantas mengajukan lamaran untuk joint membuat Vespa. Maka pada 1950 munculah Vespa 125 cc buatan Jerman.

Pada saat itu banyak negara lain yang mencoba membuat produk serupa. Tapi ternyata mereka tak sedikit pun mampu menyaingi Piaggio. Di antara pesaing itu adalah Lambretta, Heinkel, Zundapp, dan NSU. Bagi masyarakat Indonesia, produk Lambretta dan Zundapp, sempat populer di era 1960an.
Selidik punya selidik, fanatisme terhadap Vespa ternyata muncul akibat ciri dasar bentuk motor ini yang selalu dipertahankan pada setiap produk berikutnya. Bahkan saat mereka terbilang melakukan 'revolusi' bentuk pada produk baru, Vespa 150 GS, kekhasan pantat bahenol masih terasa melekat.

Produk 150 GS --kala itu dikenal sebagai Vespamore dan hampir selalu tampil di tiap film tahun 1960-an-- memang kemudi dan lampu sorotnya mulai dibuat menyatu. Tapi, secara keseluruhan apalagi bentuk pantatnya, benar-benar masih membulat dan sekel.
Perkembangan selanjutnya Vespa diarahkan pada bentuk sportif yang nampak pada produknya di tahun 1951. Dan produk tersebut sempat mendapat mendali emas untuk kategori motor Sportif di Eropa. Dan aktualisasi sportif-nya terbukti dengan pecahnya rekor kecepatan 171 km/jam untuk kendaraan Vespa bermesin 125 cc. Dan sejak itulah para Vespamania terlihat sering berkonvoi keluar kota secara berombongan.

Khusus untuk Lambretta, sebenarnya diproduksi lebih tua dari Vespa, tapi sempat terhenti produksinya. Tatkala Vespa berproduksi, Lambretta pun keluar lagi. Hanya saja, posisi mesinnya berbeda dengan Vespa. Vespa bermesin disamping, sedangkan Lambretta ada di tengah. Untuk yang buatan Jerman, jenis scooter-nya bernama NSU Prima. Selain itu, DKW juga memproduksi jenis scooter-nya pula. Ternyata, Jepang pun tak ingin ketinggalan dalam memproduksi motor jenis scooter ini. Di tahun 1960-an, Jepang mengeluarkan jenis scooter Rabit-nya.
Selain Vespa, di Italia ada beberapa produsen motor yang memproduksi jenis scooter ini. Di masa sekarang, bahkan mereka menghasilkan scooter berkecepatan tinggi. Contohnya jenis scooter yang di Italia dikenal Velocivero pabrikan Italjet. Konon, scooter inilah tergolong jenis tercepat di dunia. Kecepatannya melebihi 180 kilometer per jam. Di Indonesia, ada pula jenis seperti ini dipasarkan oleh Aprilia dengan nama Italjet Dragster. Selain itu, Cagivapun kini menelurkan jenis scooter-nya yang dinamakan Cagiva Cucciolo.
Belakangan, sejumlah pabrikan motor kembali membanjiri pasar dengan kendaraan berkapasitas mesin kecil dan cukup laku terserap pasar. Tapi cobalah perhatikan, bentuknya ternyata banyak yang terinspirasi oleh kegenitan atau bahkan keseksian Vespa. Dan kini pun Vespa harus kembali melakukan terobosan, bila ingin kembali populer di tengah pesaingnya. bid/wed/berbagai sumber.
back 2 up

Selengkapnya...

Vespa Artis Indonesia

“Vespa tidak hanya sebuah produk, tapi juga gaya hidup” slogan tersebut merupakan kampanye masuknya Vespa di Amerika Serikat. Seiring dengan filosofi kampanye dimaksud maka berbondong-bondonglah selebritis di Amerika Serikat berusaha memiliki tunggangan yg merupakan icon mode dunia tersebut, dan gejala ini kemudian menjalar ke seluruh dunia termasuk di Indonesia Sejak tahun 1950’an hingga memasuki abad baru ini, gejala tersebut selalu muncul.

Sebagai sebuah produk pop yang trendi, Vespa berusaha menyesuaikan dirinya untuk selalu mengikuti perkembangan mode. Hal ini dapat dilihat dari evolusi bentuk Vespa awal hingga kini yang selalu berubah, dinamis namun tidak meninggalkan ciri khasnya sebagai icon mode dunia.


Mengapa image tersebut dapat terbentuk? dari tahun 1950’an Vespa selalu mensponsori kegiatan-kegiatan yang bersinggungan langsung dengan para selebritis dunia, baik dalam bentuk Miss Vespa maupun event lainnya dengan hadiah Vespa keluaran terbaru. Selain itu iklan-iklan yg dibuat Vespa berbentuk seksi serta simple yg mencerminkan bahwa Vespa merupakan kendaraan yang mudah dikendarai oleh wanita sekalipun serta menambah aksen seksi dari penunggangnya.

Mengapa image tersebut dapat terbentuk? dari tahun 1950’an Vespa selalu mensponsori kegiatan-kegiatan yang bersinggungan langsung dengan para selebritis dunia, baik dalam bentuk Miss Vespa maupun event lainnya dengan hadiah Vespa keluaran terbaru. Selain itu iklan-iklan yg dibuat Vespa berbentuk seksi serta simple yg mencerminkan bahwa Vespa merupakan kendaraan yang mudah dikendarai oleh wanita sekalipun serta menambah aksen seksi dari penunggangnya.

Para selebritis yang memiliki Vespa mulai dari produser film hingga bintang film, dari designer dunia hingga model dunia, dari penyanyi dunia hingga rock star. Sebuah pendekatan yang sulit tertandingi oleh jenis tunggangan roda dua lainnya, seperti yang dikatakan oleh Rikki Rockett (drummer group band rock Poison) yg memiliki Vespa Rally “Vespa itu cantik banget, mereka sexy, romantic. Saya pikir cewek diatas Vespa lebih seksi dibandingkan diatas motor jenis lainnya, benar ngak’…?” Lain lagi komentar Steven Spielberg yang memiliki Vespa tahun 1962 warna abu-abu, “alasan mengapa saya mencintai Vespa karena waktu kecil saya memiliki poster William Wyler (salah satu sutradara besar) diatas tempat tidur saya, sedang menunggang Vespa saat menyutradarai film Ben-Hur. Sejak saat itu saya ingin seperti dia, mengendarai Vespa seperti Wyler.” Begitupun komentar Titi DJ yang mempunyai ET4 “di club Vespa kita seperti saudara.”

Selain artis atau selebritis tersebut di atas yang memilih Vespa sebagai kendaraannya, beberapa artis dan selebritis lainnya adalah:

* Designer: Vivienne Westwood, Donna Karan, Givency, Dolce & Galbana, Ralph Lauren, Anna Sui. Pelukis: Salvador Dali.
* Photographer: Peter Beard.
* Bintang Film: Tora Sudiro, Kirstie Alley, Matthew Broderick, Sandra Bullock, Robert de Niro, Andy Dick, Vin Diesel, Matt Lauer, Kirsten Dunst, Carrie Fisher, Dennis Franz, Jimmy Fallon, Wayne Gretzky, Marcia Gay Harden, Alyson Hannigan, Milla Jovovich, Jay Leno, Bai Ling, Jon Lovitz, Sarah Jessica Parker, Jerry Seinfield, David Spade, Sylvester Stallone. Gwyneth Paltrow, Adjie Pangestu.
* Rock Star: Flea, Anthony Kiedis, Lenny Kravitz, Sting, Steve Craddock, Damon Albarn. Lainnya: DJ Wingki, Naif, Dick Doang.

Selengkapnya...

Kirab Merah Putih XI VAC on MPJB

Hallo brow scootersit Indonesia datang dan ramaikanlah KMP VAC di MPJW Senin, 17 Agustus 2009.




Untuk Anggota Vespa Antique Club khusunya jangan lupa datang.

de_scooterholic2034 Selengkapnya...